APA Kabar Indonesia? Dan tentu saja yang terbaru adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan yang biasanya akan memicu kenaikan pada sektor lainnya. Paling minim, biaya angkutan umum akan menyesuaikan dengan kenaikan BBM. Bagaimana dengan sembako? Karena erat kaitannya dengan ongkos produksi dan jasa pengantaran barang, cepat atau lebih cepat, sembako akan segera menyusul semakin naik.
Anggaran subsidi dan kompensasi BBM yang meningkat 3 kali lipat hingga menjadi 502 triliun di tahun 2002, menjadi faktor utama, yang membuat pemerintah, kata presiden dalam penyampaian resminya, harus mengambil keputusan paling terakhir yaitu menaikkan harga BBM. (https://detik.com, 4 September 2022).
Sebagai gantinya, Pemerintah lanjut Presiden, melalui menteri keuangan dan menteri sosial yang mendampingi bersama menteri ESDM, akan mengalihkan subsidi BBM dengan bantuan yang lebih tepat sasaran, dimulai dengan BLT atau bantuan Langsung Tunai. Hingga hari ini, tidak sedikit yang menentang kebijakan naiknya BBM yang hanya akan menambah derita masyarakat yang hidup di bawah dan di ambang garis kemiskinan.
Bukan karena mereka tidak mampu beli BBM bersubsidi seperti Pertalite yang naik 30,27 % atau solar yang naik 32%, akan tetapi mereka sedang menghadapi kekhawatiran akan naiknya bahan – bahan pokok yang sudah mahal, akan semakin tidak terjangkau. Tentu ada saja kalangan yang mendukung pemerintah entah karena mereka adalah followers setia pemerintah, atau memang memahami situasi sulit yang dihadapi oleh pemerintah.
Beberapa analisa pun bermunculan terkait kondisi harga BBM di tanah air. Ada yang membandingkan dengan negara tetangga, Malaysia, yang harga bensin RON 95 nya hanya 2,05 ringgit atau bila dirupiahkan sebesar Rp. 6.814 (Kurs 3.324 per ringgit) jauh lebih murah dari harga Pertamax di Indonesia dengan RON hanya 92 (tidak sampai 95 seperti di Malaysia) dengan harga Rp. 14.500.
Ada juga yang menyinggung kebijakan pemerintah yang keliru dalam hal subsidi salah sasaran, ada yang bahkan menghubungkan dengan pembangunan infrastruktur yang tidak signifikan hingga merambah pada rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, serta masih banyak lagi para pakar dan tokoh masyarakat yang memunculkan analisanya.
Elemen mahasiswa serta organisasi buruh sudah menyatakan akan turun dan beberapa bahkan sudah turun ke jalan mendemo pemerintah dan juga DPR terkait naiknya BBM ini. Bisa dikatakan, BBM di Indonesia dari masa ke masa, ibarat sebuah kotak Pandora yang tidak pernah terselesaikan dengan keberpihakan pada rakyat kecil. Disubsidi salah, dicabut subsidinya salah. Entah sampai kapan…..(bersambung*)