JUDUL Ini bukan judul sebuah acara di sebuah televisi swasta, yang entah apakah kini masih ada, karena penulis, sebagaimana kebanyakan rakyat Indonesia saat ini, sudah hampir menjadi warga digital (digital native) yang lebih sering mengakses informasi dan hiburan dari dunia maya, dan sudah jarang menonton televisi.
Apa kabar Indonesia? Ya, apa kabar Indonesia, setelah kemerdekaan ke 77 yang gegap gempitanya baru saja kita rayakan dengan berbagai aktivitas penuh keceriaan seperti tarik tambang, balap karung, hingga panjat pinang. Dalam catatan sejarah Bangsa Indonesia, para founding fathers bersama masyarakat Indonesia dari segala lapisan harus mencurahkan pikiran dan tenaganya, bahkan rela menguras air mata dan mengorbankan nyawa untuk merebut dan memperjuangkan kemerdekaan dari belenggu para penjajah.
365 tahun bukanlah waktu yang sebentar, tidak terhitung berapa banyak nyawa yang harus melayang akibat dari penjajahan yang begitu panjang. Tapi, 365 tahun itu juga, tidak menyurutkan semangat masyarakat Indonesia untuk berjuang mengusir penjajah. Mereka, tua muda, miskin kaya, laki dan perempuan, dengan berbagai latar belakang suku dan agama, bersatu padu dipimpin oleh para founding fathers dan kaum sarungan (karena mayoritas Bangsa ini adalah muslim) untuk mewujudkan negeri yang merdeka, negeri yang memberi rasa aman dan nyaman bagi rakyatnya.
Apa Kabar Indonesia? Di tengah perayaan kemerdekaan yang sedikit tercoreng dengan perilaku “oknum” kepolisian yang meruntuhkan marwah institusi, tempat masyarakat mengadukan masalah hukumnya, Sang Merah Putih masih bisa berkibar di pelosok – pelosok desa, sudut – sudut rumah, hingga gedung – gedung sekolah dan perkantoran. Presiden bersama para pejabatnya bahkan melakukan perayaan yang tidak seperti biasanya, mengundang penyanyi cilik untuk menghibur seluruh undangan yang menghadiri upacara kemerdekaan negeri ini di Istana negara.
Penyanyi cilik, tentu saja masih innocent, yang membawakan lagu “Ojo dibandingke”, sebuah lagu yang kalau hanya melihat judulnya akan membawa imajinasi terbang ke mana-mana. Apa yang tidak boleh dibanding – bandingkan? Siapa yang tidak boleh dibanding bandingkan? Yang jelas, para pejabat saat itu sedang tidak ingin membanding – bandingkan, karena mereka hanya ingin menikmati untaian lagu yang dinyanyikan oleh sang penyanyi. Saking menikmatinya, sepanjang lagu tersebut, yang bahkan sang penyanyi cilik diminta untuk mengulangi bernyanyi lagu yang sama sebanyak 2 kali, para pejabat itu menari
dan berjoget memperlihatkan kegembiraan dalam suasana penuh kebahagiaan di hari kemerdekaan Indonesia yang ke 77. (bersambung*)