DAHULU, kertas pernah naik daun, karena semuanya serba pakai kertas. Semua itu dimulai ketika manusia sudah mengenal yang namanya baca dan tulis.
Setelah ratusan tahun menulis di atas pelepah pohon, bebatuan, batang kayu, kulit, bahkan tulang binatang, tepat setelah 100 tahun Masehi, seorang tokoh ilmuwan dari Tiongkok akhirnya menemukan sarana yang tepat yaitu kertas yang menandai kemajuan peradaban manusia modern dalam bidang literasi baca tulis.
Mulailah manusia menuliskan ide dan gagasannya di atas kertas yang bisa dibaca oleh orang banyak. Interaksi manusia dengan kertas bukan hanya sekedar membaca dan menulis sebuah pesan yang terkirim melalui surat, tetapi juga membaca buku – buku akademik dan referensi di bidang ilmu tertentu. Bahkan kertas menjadi variatif nilai harganya bergantung pada apa yang tertuang di atas kertas tersebut. Konon, dahulu, orang bisa mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan, juga karena selembar kertas dengan nilai – nilai akademik yang tertera di dalamnya.
Kini
Kini, Seiring perkembangan zaman, dengan kemajuan teknologi yang sangat masif, maka mulai muncul istilah paperless yang berarti menggunakan sedikit kertas bahkan cenderung menghindari penggunaan kertas. Kirim mengirim surat kini sudah tidak lagi membutuhkan jasa pengiriman pos yang harus menempuh waktu lama, karena ada teknologi bernama surat elektronik (e-mail) yang bisa mengirimkan pesan dengan waktu real time (tulis sekarang, kirim sekarang, sampainya di tujuan pun sekarang juga).
Buku – buku yang dicetak menggunakan kertas, kini banyak diganti dengan buku elektronik (e-book) yang membuat pembacanya bisa mengakses buku cukup dengan membuka gadget yang dimilikinya (Laptop, ipad, Personal computer, atau HP). Dokumen – dokumen yang diabadikan di atas kertas, kini bisa diupload dan disimpan dalam bentuk file tanpa harus dicetak ketika diperlukan karena bisa dikirim sebagai lampiran (attachment) dalam bentuk file ekstensi berupa pdf, doc, atau xls. Kertas mungkin masih berharga, tapi intensitas penggunaannya jauh menurun, bahkan nilainya juga tidak seperti dulu. Salah satu fungsi yang masih bertahan dari kertas sejak dahulu hingga sekarang adalah, lembar – lembar kertas tersebut masih bisa didapati sebagai pembungkus nasi pecel, nasi kuning, atau nasi padang juga gorengan yang mungkin sulit tergantikan dengan yang serba elektronik itu.
Kertas Berharga
Banyak kertas berharga yang terdapat dalam kehidupan manusia. Ijazah merupakan kertas berharga bagi seorang lulusan dunia pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat. Surat tanah merupakan dokumen kepemilikan resmi seseorang terhadap tanah yang dikuasainya. Surat berharga lainnya berupa surat saham, yang menyatakan kepemilikan seseorang terhadap suatu badan, baik perusahaan atau perseroan terbatas. Surat saham ini berhubungan dengan pertambahan aset seseorang dalam bidang kekayaan. Dan tentu saja jangan lupakan surat nikah, sebuah surat yang terdiri dari beberapa lembar halaman, dilengkapi foto kedua mempelai sebagai bukti sah pernikahan seseorang dengan pasangannya sesuai dengan hukum di negara Indonesia. Semua bentuk dokumen ini, baik ijazah, maupun surat – surat berharga yang telah disebutkan, menggunakan kertas sebagai sarana menuliskan narasi kepemilikan atas gelar akademik dan aset kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
Salah satu kertas berharga yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia adalah kertas yang tertulis di atasnya teks Proklamasi. Teks yang naskahnya disusun, dirumuskan, dan ditulis oleh para Tokoh Bangsa inilah yang secara resmi membebaskan Rakyat Indonesia dari penjajahan Belanda, Jepang dan Sekutunya. Tentu, kertas yang terpilih untuk dituliskan kalimat – kalimat heroik di atasnya menjadi kertas yang bernilai sejarah, karena kalimat deklarasi kemerdekaan yang dimulai dengan pernyataan “kami Bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” tertuang di atas kertas tersebut dan menjadi dokumen resmi Negara Indonesia.
Bahaya Selembar Kertas
Tapi kertas ternyata menyimpan bara api yang bisa mendatangkan kerugian besar. Bara api yang dimaksud, bukan karena kertas adalah bahan yang mudah terbakar, sehingga mendatangkan kerugian sebesar 700 juta pada kebakaran pabrik kertas di Jepara Bulan Juli tahun 2022 lalu, atau kerugian yang mencapai angka 3 miliar pada kebakaran di pabrik kertas berskala besar di Kudus pada 2014 Silam, hingga ratusan miliar pada kebakaran pabrik kertas di Batam pada 2 tahun lalu atau di bulan Agustus tahun 2020.
Tetapi Kertas bisa memunculkan permusuhan antara dua negara sebagaimana perang yang terjadi antara India dan Pakistan ketika memperebutkan Kashmir, disebabkan Maharaja Kashmir menandatangani surat untuk bergabung dengan India. Pakistan tidak menganggap surat itu sebagai sebuah surat resmi, yang mengakibatkan pertempuran Panjang antara dua negara yang terletak di Asia Selatan ini sejak 1947 hingga 2019, ketika India akhirnya mencabut status istimewa dan memberi hak otonomi kepada Kashmir.
Kertas juga memunculkan malapetaka pada nasib seorang menteri di Indonesia yang harus meringkuk dalam dinginnya sel tahanan selama 4 tahun, hanya gara – gara membubuhkan tanda tangannya di atas sebuah surat yang menyatakan bahwa penunjukan langsung dapat dipertimbangkan pada pengadaan alat – alat kesehatan dalam menghadapi situasi darurat di sebuah Kota di Indonesia di tahun 2005. Bahkan di dunia akademik.
Etika Terhadap Kertas
Maka diperlukan etika yang tepat dalam menggunakan kertas, khususnya ketika kertas tersebut mengandung hajat orang banyak. Tulisan yang tercetak di atas kertas, kebijakan yang tertuang di dalamnya, putusan yang termaktub di atasnya harus benar – benar memberikan maslahat (manfaat) kepada para pembacanya. Dalam catatan sejarah, Buku 40 hadits yang dalam bahasa arab berjudul alarbain annawawiyah, karangan Imam Nawawi, menjadi buku yang terus tercetak ulang, diakses dan dibaca oleh miliaran ummat Islam selama berabad – abad lamanya, bahkan tetap eksis hingga sekarang dalam berbagai versi bahasa, karena penulisnya, Imam Nawawi, menurut kesimpulan para ulama, telah mencapai derajat keikhlasan yang begitu tinggi, membersihkan niatnya dari segala kepentingan (conflict of interest) termasuk kepentingan materi dan popularitas, sehingga buku ini menjadi kegemaran bacaan semua generasi yang tidak lekang dimakan oleh zaman.
Kertas, baik berbentuk fisik, ataupun dalam bentuk elektronik, membutuhkan goresan tinta dari tangan – tangan beretika yang bebas dari penumpang gelap yang melakukan infiltrasi terhadap tulisan – tulisan yang dihasilkan di atas kertas tersebut.
Fitnah, adu domba, ujaran kebencian menjadi hal yang lumrah tersaji di dalam status media sosial whatsapp, status halaman elektronik facebook, twitter dan media sosial lainnya, etika yang terdegradasi oleh penumpang gelap. Pun juga surat, memiliki ketajaman seperti tajamnya pedang, yang mampu membelah persaudaraan dan rasa persatuan, ketika isinya ditulis tanpa pertimbangan hati dan nurani yang bertaut secara vertikal kepada Pemilik langit dan Bumi, Tuhan Semesta Alam.
Seperti potongan lirik sebuah lagu….
Jangan bandingkan jarak terbangnya Tapi bagaimana dan apa yang dilalui Karena itulah satu hal yg penting S’lalu sesuai kata hati.