• SUSUNAN REDAKSI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • HOME
    • IBU KOTA NEGARA
    • AUTOMATIVE
    • FOOD & TRAVEL
    • EDUCATION
    • EKONOMI
    • HEALTH
    • LIFE STYLE
    • KRIMINAL
    • OPINI & CERPEN
    • SPORT
    • ENTERTAINMENT
  • BORNEO UPDATE
    • KALTIM
      • SAMARINDA
      • BALIKPAPAN
      • PENAJAM
      • SANGATTA
      • BONTANG
      • PASER
  • VIRAL NEWS
  • NASIONAL
No Result
View All Result
Lingkaran Berita
No Result
View All Result

Pemimpin, Keadilan, Pancasila dan Ramadhan

12/04/2022
in CATATAN
0

Muzakkir, SS., M.Ed, CEO Hidayatullah Institue

574
VIEWS
Share on WhatsappShare on Facebook

Related Posts

Ulang Tahun SMSI: Sewindu Mengarungi Disrupsi Multidimensi

Peran Amil Zakat dan Nazir Zakat dalam Keuangan Sosial Islam

Instrumen Pasar Modal Syariah

Zakat, Infaq, dan Shodaqah: Pilar Kesucian Harta dan Kesejahteraan Sosial

LINGKARANBERITA.COM, Dari tujuh (7) golongan yang dijanjikan oleh Allah swt untuk mendapatkan perlindungan sebagai fasilitas istimewa dari Allah di hari pembalasan kelak, adalah pemimpin yang adil. Bukan suatu kebetulan, kalau 6 golongan yang lain merupakan bagian dari para pemuda (pemuda yang mengingat Allah di kesendirian kemudian menangis, pemuda yang hatinya bergantung di mesjid, dua pemuda yang saling mencintai karena Allah, mereka berpisah karena Allah dan berjumpa karena Allah dan juga kategori pemuda lainnya).

Pemimpin yang adil menjadi satu – satunya kriteria yang disebutkan dalam Hadist Baginda Rasulullah SAW tanpa menyebutnya dalam kriteria usia pemuda, sebagai isyarat bahwa pemimpin yang adil bisa dari kalangan pemuda atau orang dewasa, atau juga sebagai isyarat bahwa sosok pemimpin adalah orang yang pemikiran dan mentalnya sudah sangat matang.


Pemimpin Yang Adil

Semua manusia sesungguhnya memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, karena sejatinya setiap diri adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Ketika seseorang memimpin dirinya, maka fitrah nuraninya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya. Paling tidak, melayani kebutuhan dasarnya (kebutuhan fisiologis) seperti berusaha mengenyangkan isi perutnya, memenuhi kelayakan pakaian yang digunakan, serta mencari tempat tinggal terbaik untuk perlindungan. Pada saat ia berhasil memenuhi kebutuhan dasar ini, maka ia akan merasakan kebahagiaan dan ketenteraman hidup.

Sebaliknya, ketika tidak tersedia makan, pakaian yang menutupi tubuh terbatas, sulit mendapatkan tempat tinggal yang representatif untuk melindungi dari cuaca yang terik dan dinginnya angin malam, maka niscaya ia akan merasakan kegelisahan dan kesulitan hidup. Ia akan berusaha untuk mencari jalan keluar bagaimana memenuhi kebutuhan hidup ini. Itulah nurani paling mendasar seorang pemimpin pada dirinya. Maka ketika seseorang diberi amanah untuk memimpin dalam skala yang lebih besar, seyogyanya fitrahnya akan mengarahkannya untuk mewujudkan kebutuhan mendasar ini kepada orang – orang yang dipimpinnya. Fitrah kepemimpinannya akan mendorong dirinya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup dan ketenteraman masyarakatnya. Paling tidak, seorang pemimpin akan berusaha memenuhi ketersediaan sembilan bahan pokok (sembako) seperti beras, gula, dan minyak goreng. Selain itu fitrah kepemimpinannya akan berusaha menciptakan lapangan pekerjaan agar masyarakat memiliki daya beli hingga sanggup mendapatkan tempat tinggal yang layak.

Inilah salah satu peran pemimpin untuk menciptakan keadilan sosial di tengah – tengah masyarakat yang dipimpinnya. Keadilan sosial akan dapat terwujud, apabila pemimpin mampu mengurangi angka kemiskinan di tengah – tengah masyarakatnya. Ada upaya kuat dan kesungguhan kerja yang diperlihatkan untuk menciptakan satu sistem dimana pengadaan (supply) kebutuhan pokok tidak dihalangi oleh kepentingan segelintir orang (kapitalis) yang ingin memonopoli perekonomian sehingga pemimpin tidak mampu memenuhi kebutuhan (demand) masyarakat. Kelangkaan bahan – bahan sembako tertentu merupakan salah satu indikator tantangan kepemimpinan agar ketersediaannya tidak hilang di pasaran. Sistem yang dibuat untuk memproteksi para pengusaha – pengusaha “rakus” agar tidak memperlihatkan arogansinya dengan menguasai satu komoditas tertentu, sehingga rakyat mendapatkan jaminan ketersediaan bahan pokok yang dibutuhkan.

Apabila yang terjadi sebaliknya, bahwa rakyat kesulitan mendapatkan bahan pokok, atau harga bahan pokok yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dijangkau oleh daya beli masyarakat, maka bisa dikatakan bahwa pemimpin telah gagal menciptakan keadilan sosial bagi rakyatnya. Terlebih apabila ternyata justru amanah kepemimpinan yang diberikan ternyata digunakan untuk memperkaya segelintir orang dengan mengorbankan rakyat yang dipimpin, sungguh jauh dari fitrah kepemimpinan itu sendiri.

Pancasila dan Keadilan

Indonesia, sebagai negara yang dibangun oleh para pendirinya (founding father) dengan perjuangan darah dan air mata sesungguhnya telah meletakkan asas yang sangat kuat, yaitu ideologi Pancasila, agar siapa pun yang diberi tugas kepemimpinan mampu mewujudkan kepemimpinan yang adil dan amanah. Sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan tujuan luhur dari dipersatukannya Jong Ambon, Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes, dan suku Bangsa yang lainnya agar mereka mendapatkan keadilan yang sama dalam hidup berbangsa dan bernegara. Rakyat di Papua, Sumatra, dan Rakyat di Kalimantan, sebagaimana Rakyat di belahan bumi Nusantara lainnya, merupakan bagian dari Bangsa Indonesia yang harus diperjuangkan oleh Pemimpin negeri ini agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak dengan terpenuhinya kebutuhan bahan pokok, serta meningkatnya daya beli mereka dengan terbukanya lahan pekerjaan yang dapat mereka akses.

Kehadiran sosok pemimpin yang bekerja siang dan malam, mencurahkan perhatiannya kepada rakyatnya, memprioritaskan kepentingan rakyat di atas kepentingan dirinya merupakan pengamalan sila ke 5 dari Pancasila ini dalam rangka mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya. Ketika rakyat merasakan keadilan dalam kehidupan mereka, maka ketenteraman dan kenyamanan hidup akan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Sebaliknya, ketika ada sebagian orang yang merasa termarjinalkan, terpinggirkan bahkan tidak pernah mendapat akses terhadap keadilan, maka seringkali muncul friksi – friksi kecil yang kalau dibiarkan maka semakin lama akan menjadi problematika yang membuat kepercayaan rakyat kepada pemimpin menjadi menurun.

Akan bermunculan protes dari rakyat kepada pemimpinnya, dikarenakan sulitnya mereka mendapatkan keadilan yang sama terhadap meningkatnya taraf hidup, pada saat sistem ekonomi, misalnya, direkayasa hanya menguntungkan segelintir pihak saja. Bahkan, munculnya perilaku – perilaku negatif di tengah – tengah masyarakat seperti tindakan kriminal, salah satu penyebabnya dikarenakan tingginya gap (jurang perbedaan) antara kalangan ekonomi menengah ke atas dengan menengah ke bawah.
Selain Sila ke 5, Pancasila juga meletakkan pondasi yang kuat bagi Bangsa ini pada sila pertamanya yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Hal ini sekaligus merupakan satu isyarat dari founding father negara ini bahwa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka sosok pemimpin harus mewujudkan negara yang tunduk kepada Sang Pencipta. Inilah tugas yang bahkan lebih utama dari sekedar memenuhi hajat kehidupan ekonomi rakyat. Islam sebagai agama mayoritas Bangsa Indonesia jauh – jauh hari telah menyampaikan perintah Allah di dalam Al – qur’an melalui Rasulullah SAW bahwa apabila salah seorang mendapatkan amanah kepemimpinan maka hal pertama yang harus ditegakkan oleh pemimpin tersebut adalah sholat (QS Al hajj: 41). Sholat merupakan wujud ketundukan manusia kepada Tuhannya yaitu Allah swt.
Dengan mendekatkan diri kepada Allah swt, maka pemimpin dan orang – orang yang dipimpin akan senantiasa berusaha memproteksi dirinya untuk terhindar dari perbuatan keji dan mungkar baik sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin. Ketundukan kepada Sang Pencipta yaitu Tuhan yang Maha Esa menjadi syarat mutlak yang diletakkan oleh para pendiri Negara ini di dalam ideologi Pancasila untuk mewujudkan keadilan yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dari masyarakat yang senantiasa taat terhadap perintah Tuhannya inilah akan lahir sosok pemimpin yang mampu mewujudkan rasa keadilan, sebagaimana sosok Umar Bin Abdul Aziz, Salah satu Khalifah Dinasti Umayyah (717 – 720 M) yang setelah menjalani amanah kepemimpinannya selama dua tahun mampu mewujudkan masyarakat yang hidup di atas garis kemiskinan dengan salah satu indikator sulitnya menemukan orang miskin untuk menerima penyaluran zakat karena mayoritas mereka sudah hidup lebih dari standar kelayakan.
Ramadhan Pembentuk Negara Gemah Ripah Loh Jenawi
Tentu saja jaminan perlindungan di hari pembalasan kelak kepada pemimpin yang adil, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, menjadi isyarat bahwa tidak semua pemimpin bisa mewujudkan keadilan ini. Syarat mutlaknya sebagaimana difirmankan oleh Allah swt dalam surat Al hajj di atas adalah sang pemimpin merupakan sosok yang dekat dengan Allah dan senantiasa mengajak rakyatnya untuk tunduk dan dekat kepada Allah swt. Kalau ini dilakukan maka jaminan mewujudkan bangsa yang diturunkan keberkahan dari langit, dan dikeluarkan keberkahan dari perut bumi (Al -A’raf: 96) akan terwujud di Bumi Indonesia ini sebagaimana juga dinyatakan di dalam Pancasila bahwa sila ke 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan terwujud apabila Sila ke 1 yaitu Ketuhanan yang Maha Esa dapat ditegakkan dengan baik.
Puasa ramadhan adalah momentum tepat untuk mengkondisikan Bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Puasa yang merupakan ibadah di dalamnya adalah sebuah perisai untuk memproteksi diri seorang pemimpin dari kekeliruan dalam mengelola rakyatnya. Puasa merupakan perisai dari ketundukan nafsu sebagian orang untuk menguasai perekonomian di negara ini dengan mengorbankan rakyat yang selalu berada pada posisi objek penderita. Puasa merupakan perisai bagi rakyat untuk mampu menahan diri dari pelampiasan ketidakpuasan kepada pemimpin dengan melakukan hal – hal yang dapat menciptakan eskalasi yang malah membawa dampak kerugian besar (mudharat) bagi bangsa ini. Ramadhan hendaknya menjadi perisai agar seluruh lapisan masyarakat Bangsa ini dengan khusyu mendekatkan diri kepada Allah dan meminta agar Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada para Pemimpin dan tidak memberikan ujian dengan hadirnya pemimpin yang tidak takut kepada Tuhannya.

Kehadiran bulan Ramadhan semoga menjadi sarana para pemimpin dan ummat Islam di negeri ini untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah swt agar Allah berkenan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi kepada Bangsa ini, sehingga tercipta satu tatanan masyarakat yang gemah ripah loh jenawi atau baldatun thoyyibatun wa robbun ghafuur, yaitu masyarakat yang hidup dalam ketenteraman dan kedamaian. (**)
SendShare34
Next Post

Jadwal Pemilu 2024 Sudah Ditetapkan, Presiden Pastikan Tak Ada Penundaan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Terlaris di Balikpapan, Kursus Mengemudi di KAKA Driving Dijamin Pasti Bisa

by admin
09/11/2021
0
4.5k

Maksud Hati Merubah Nasib, Johanis Tinungki Pulang Tinggal Nama

by admin
22/08/2023
0
2.2k

Keluarga Sehat bersama Eco Enzyme

by admin
07/01/2023
0
1.8k

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
Hubungi Kami: admin@lingkaranberita.com

© 2021 Lingkaran Berita -Media Informasi Terkini.

No Result
View All Result
  • HOME
    • IBU KOTA NEGARA
    • AUTOMATIVE
    • FOOD & TRAVEL
    • EDUCATION
    • EKONOMI
    • HEALTH
    • LIFE STYLE
    • KRIMINAL
    • OPINI & CERPEN
    • SPORT
    • ENTERTAINMENT
  • BORNEO UPDATE
    • KALTIM
      • SAMARINDA
      • BALIKPAPAN
      • PENAJAM
      • SANGATTA
      • BONTANG
      • PASER
  • VIRAL NEWS
  • NASIONAL

© 2021 Lingkaran Berita -Media Informasi Terkini.