lingkaranberita.com, PENAJAM PASER UTARA – Kehadiran Sekolah Rakyat (SR) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) membawa harapan besar bagi pendidikan anak-anak kurang mampu. Tak hanya mengusung konsep boarding school atau pendidikan berbasis asrama, SR juga menuntut kriteria khusus bagi para calon pengajarnya: memiliki empati sosial yang tinggi.
Ketua Komisi II DPRD PPU, Thohiron, menegaskan bahwa model pendidikan asrama bukan sekadar memindahkan ruang kelas ke dalam kompleks sekolah. Lebih dari itu, guru-guru yang akan membimbing siswa di SR harus mampu menjadi pendidik sekaligus pembina karakter yang peka terhadap kondisi sosial anak didik.
“Kalau konsep asrama diterapkan, maka guru tak hanya mengajar, tapi juga membentuk kepribadian. Harus ada kedekatan emosional dengan siswa, empati sosial itu wajib,” ujar Thohiron, Kamis (27/4/2025).
Ia menyayangkan apabila pendekatan pengajaran di SR hanya meniru sekolah konvensional. Menurutnya, pendidikan di Sekolah Rakyat harus bisa menjawab tantangan sosial, bukan sekadar mencetak nilai akademik.
“Kalau pola ajarnya sama seperti sekolah umum, ya tidak akan berdampak. Padahal SR ini hadir untuk menjangkau mereka yang selama ini terpinggirkan,” tegasnya.
Hingga saat ini, sistem rekrutmen tenaga pendidik SR masih dalam tahap penyusunan. Petunjuk teknis dari pemerintah pusat pun belum diterbitkan secara resmi. Namun, dari informasi yang beredar, proses perekrutan akan memprioritaskan guru bersertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG), terutama mereka yang masih berstatus prajabatan dan belum mendapatkan penempatan.
Thohiron juga mengungkapkan belum adanya kejelasan soal hubungan koordinasi antara Sekolah Rakyat dengan Dinas Pendidikan maupun Dinas Sosial. Pasalnya, SR merupakan program dari Kementerian Sosial (Kemensos), bukan Kementerian Pendidikan.
“Ini belum sinkron. Harus dipastikan siapa yang pegang kendali, dan seperti apa pola koordinasinya di daerah,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Sosial RI sempat menyebutkan bahwa perekrutan guru SR bisa berasal dari Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun lulusan PPG. Dua jalur itu dinilai ideal untuk menjamin kualitas sekaligus keterlibatan profesional dalam sistem pendidikan alternatif ini.
Dengan fondasi empati dan semangat sosial, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi titik balik perubahan pendidikan bagi anak-anak yang selama ini belum tersentuh sistem pendidikan formal yang inklusif dan menyeluruh.(adv/dprdpenajam)