Lingkaranberita.com, Tenggarong– Desa Tuana Tuha, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dikenal memilik potensi komoditi gula aren yang melimpah.
Kepala Desa Tuana Tuha, Tommy menyebut hasil produksi perkebunan di Desa Tuana Tuha dapat menghasilkan 9-10 ton per bulan.
Mayoritas masyarakat di Tuana Tuha secara turun-temurun sudah menjadi petani gula aren. Ini dilakoni masyarakat setempat sebagai sumber mata pencarian.
Atas inisiatif Kepala Desa Tommy yang membantu petani gula aren mengembangkan produknya menjadi bisnis UMKM yang menjanjikan.
Yakni dengan mengubah gula aren menjadi gula semut dengan diberi nama Guleku dengan empat varian rasa.
Di antaranya Gula Semut Original, Jahe Merah, Jahe Putih, hingga cemilan Gula Kelapa. Produk ini telah mengantongi perijinan seperti NIB, PIR-T, hingga label halal.
“Setiap bulannya bisa laku seribu bungkus, pemasarannya ke warung-warung, swalayan dan seputaran Kaltim, pernah juga dipromosikan di marketplace, tapi nggak kontinyu,” kata Tommy, Rabu (26/4/2023).
Inovasi Ini rupanya terbukti efektif, dalam mendongkrak harga jual gula aren. Dari gula batangan yang harganya kisaran Rp 28 ribu per kilogram (kg), kini melesat menjadi Rp 45-50 ribu per kg.
Saat ini, lanjut Tommy, sudah ada 75 petani yang melakoni bisnis Guleku ini. Hasilnya pun mampu memberikan pemasukan yang cukup bagi para petani.
Hasil Guleku pun dikemas dengan tampilan modern yang dapat menarik perhatian. Dalam sebulan, omset penjualan Guleku bisa mencapai Rp 27 juta.
Untuk terus meningkatkan omzet penjualan, Tommy sedang berupaya untuk memasukan produk unggulan desanya ini ke minimarket dan perusahaan yang ada disekitar Desa Tuana Tuha.
“Harapan kami ada pihak ketiga yang bisa membeli produk, perusahaan yang dulunya mengkonsumsi gula putih bisa bergeser ke gula merah atau gula semut,” harapnya.
Pada kesempatan berbeda, Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah memberikan apresiasi kepada para pembuat Guleku.
Menurutnya, masa depan produk turunan gula aren itu sangat cerah. Gula semut tersebut dinilai bisa masuk pasar modern, perhotelan, bahkan diekspor.
Edi juga menyebut, Desa Tuana Tuha memiliki potensi menjadi objek wisata budaya.
Mengingat, cara warga desa membudidayakan pohon aren dan memproduksi gula secara tradisional, disebut memiliki nilai budaya tersendiri.
“Dengan begitu, orang bakal banyak berkunjung ke Desa Tuana Tuha melihat proses pembuatannya,” pungkasnya. (adv/kominfokukar*)
