• SUSUNAN REDAKSI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • HOME
    • IBU KOTA NEGARA
    • AUTOMATIVE
    • FOOD & TRAVEL
    • EDUCATION
    • EKONOMI
    • HEALTH
    • LIFE STYLE
    • KRIMINAL
    • OPINI & CERPEN
    • SPORT
    • ENTERTAINMENT
  • BORNEO UPDATE
    • KALTIM
      • SAMARINDA
      • BALIKPAPAN
      • PENAJAM
      • SANGATTA
      • BONTANG
      • PASER
  • VIRAL NEWS
  • NASIONAL
No Result
View All Result
Lingkaran Berita
No Result
View All Result

Star di Nepal Van Java, Lebih Cepat 7 Jam

Catatan Pendakian Mahasiswa Universitas Mulia Ke Gunung Sumbing; Xavier Ramadhan 

12/03/2023
in FOOD & TRAVEL
0

Lautan awan terlihat jelas di jalur menuju puncak sejati Gunung Sumbing. (Foto/ist)

928
VIEWS
Share on WhatsappShare on Facebook

 

Related Posts

Super Lezat!!…Pampis Cakalang Matemang Bisa Bikin Anda Ketagihan

Batunderang Punya Potensi Wisata Yang Bagus, Butuh Sentuhan Pemerintah

Indonesia Dikunjungi 754.000 Wisman Selama Januari 2023

Resep Mie Goreng Panjang Umur Idola Saat Perayaan Imlek 

TAK pernah kubayangkan, pada akhirnya kaki ini bisa melangkah dan mengukir kenangan yang luar biasa di Puncak Sejati Gunung Sumbing. Memang sejatinya, mendaki bukanlah ajang untuk pamer dan keren-kerenan, karena telah mampu menaklukkan puncaknya.

Tapi dari pendakian, justru banyak pengalaman hidup berharga yang tak bisa dilupakan dan akan selalu menjadi kenangan yang manis sehingga akhirnya akan terkubur ketika jasad dan nyawa telah berpisah. Bukankah tujuan kita dilahirkan di dunia pada akhirnya akan kembali kepada Sang Pencipta ?

Ini merupakan trip kedua saya, setelah gunung Penanggungan pertengahan tahun lalu, Beruntungnya, ini adalah trip yang paling berkesan. Memiliki teman pendakian yang ramah dan membantu adalah salah satu surga dunia bagi pengagum lautan awan seperti saya.

Penasaran dengan cerita perjalanan dari Saya. Yuk, simak ceritanya, Expedisi Pendakian Gunung Sumbing Via Butuh, Kaliangkrik.

Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3.371 Mdpl (meter di atas permukaan laut), ia menempati urutan ke-2 dalam jajaran gunung-gunung tertinggi di provinsi Jawa Tengah, setelah gunung Slamet (3,428 mdpl) dan gunung tertinggi ke-3 di pulau Jawa, setelah gunung Semeru (3,676 mdpl) dan gunung Slamet.

Letaknya berada di atas kawasan 3 kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Temanggung, Magelang dan Kabupaten Wonosobo, berdekatan dengan gunung Sindoro. Ada beberapa jalur yang bisa dilalui untuk pendakian gunung Sumbing ini, seperti; Jalur Garung di Wonosobo, Jalur Mangli di Magelang, Jalur Cepit Parakan di Temanggung, Jalur Bowongso di Wonosobo dan jalur Butuh di Magelang.

Nah, kali ini saya memilih Jalur Via Butuh, Kaliangkrik. Jalur Butuh merupakan jalur yang jarang sekali dilalui oleh para pendaki, tergolong sebagai jalur baru yang penuh tantangan juga track-nya yang sedikit sadis.

Namun di samping fakta tersebut, jalur Butuh juga merupakan jalur dengan pemandangan alam yang asri di sepanjang perjalanan, dan merupakan jalur dengan jarak tempuh paling pendek di antara jalur lainnya. Sebab, base campnya sendiri terletak di dataran yang cukup tinggi, yaitu, yang dikenal Nepal Van Java. Dari base camp kalian hanya membutuhkan waktu 6-7 jam untuk sampai di puncak sejati.

Rute Perjalanan Menuju Base camp Butuh; Pertama-tama, dari kota mana pun kamu, tujuan kita adalah Kota Magelang, kemudian ke arah barat untuk menuju Kecamatan Kaliangkrik. Setelahnya, sesampainya di pasar Kaliangkrik.

Nah, kalo saya dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) memilih jalur Surabaya dan lanjut ke Magelang, Jateng menggunakan bus cepat.

Tepatnya, Base camp Butuh di Kecamatan Kaliangkrik di Kampung Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.

Tiba di base camp saya disambut udara dingin khas lereng gunung, di base camp terdapat fasilitas musala, kamar mandi, tempat istirahat dan parkiran yang cukup untuk menampung 100 motor.

Saat berada di base camp, dianjurkan untuk membayar biaya pendakian sebesar Rp. 25.000, harga tersebut sudah termasuk biaya fasilitas basecamp seperti, tempat tidur, kamar mandi, musala, WiFi dan bonus 1 buah stiker gunung Sumbing.

Nah, expedisi kami pun dimulai. Jumat, 10 Maret 2023, Kali ini saya bersama ayah (Vidy) yang juga sebagai dosen di Universitas Mulia. Serta dua senior yaitu, Sandi dan pak Bambang yang akan menemani perjalanan.

Sebelum melakukan pendakian para pendaki wajib diberi pengarahan dan di cek list perlengkapan dan logistik bawaan. Jumlah barang yang dibawa turun nanti harus sesuai cek list yang dibawa naik awal sebelum melakukan pendakian. Begitu juga dengan sampahnya. Jika ada yang kurang satu saja petugas basecamp akan mengenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 1.025.000. Hal tersebut dilakukan agar para pendaki tidak sembarang membuang sampahnya di sepanjang jalur dan di atas gunung.

Basecamp – Pos 1 dengan estimasi perjalan 2 Jam ; Di awal perjalanan, dari basecamp menuju ke pos 1 untuk menghemat waktu, kami menggunakan transportasi ojek motor. Tapi jangan salah, ini bukan ojek sembarangan. Karena, rute yang dilalui sangat ekstrim dengan jalur berbatu dan tingkat kemiringan 75 derajat dengan suhu 10 derajat.

Selepas sampai di pos bayangan (ojek). Baru kami melanjutkan perjalanan ke pos 1 dengan berjalan kaki. Tepatnya pukul 10.30 WIB. Jalur ini melewati medan bebatuan yang tersusun rapih sehingga menyerupai anak tangga. Pemandangan berupa hamparan perkebunan milik penduduk di sana, terdapat banyak sumber air yang bisa kamu manfaatkan untuk mengisi perbekalan air minum. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di pos 1 adalah sekitar 1 jam.

“Alhamdulillah, kami sampai di pos 1 dengan waktu 30 menit. Di pos ini ada warung sederhana yang menyajikan buah – buahan segar dan makanan serta minuman ringan,” kata Xavier Ramadhan mahasiswa Universitas Mulia Balikpapan ini.

Usai beristirahat sejenak, perjalanan pun dilanjutkan menuju pos 2. Medan selepas pos 1 masih berupa bebatuan yang tersusun rapih, pemandangan mulai memasuki hutan pinus yang lebat dan rimbun, udara pun semakin semakin sejuk. Seluruh anggota tubuh mulai bergetar akibat suhu yang semakin dingin. Track ini kami harus mencicipi anak tangga yang tersusun rapi dari batang pohon, lebarnya kurang lebih 3-4 meter. Sepanjang perjalanan menuju pos 2, kami tidak menemukan sumber air.

Estimasi waktu untuk sampai di pos 2 sekitar 1,5 jam perjalanan. Pos 2 merupakan sebidang tanah datar luasnya lebih kurang dari pos 1, mungkin hanya mampu menampung 2 tenda saja. Pos 2 ditandai dengan tiang pipa yang bertuliskan ‘Camp 2’, pemandangan di sini tertutup oleh lebatnya hutan pinus.

Sesuai arahan petugas base camp sebelum mendaki, di pos 2 ini para pendaki tidak diperbolehkan melakukan aktivitas seperti, berkemah, memasak, menyetel musik dengan suara keras dan aktivitas lainnya yang mengganggu. Yah, mungkin sudah tradisinya dan kepercayaan warga sekitar di pos 2 ini sering terjadi hal-hal mistis yang dialami para pendaki jika melanggar arahan tersebut.

“Lumayan hemat 15 menit dari waktu normal, Waktu yang kami tempuh 1 jam 15 menit. Meskipun baju basah kuyup akibat keringat, tapi udara semakin dingin,” kata mahasiswa fakultas hukum ini.

Di Perjalanan menuju pos 3 adalah perjalanan yang sangat asik, medan berbatu kini berubah menjadi tanah, track sangat landai, banyak bonusnya, bahkan di beberapa titik track-nya menurun, vegetasi sedikit terbuka, pemandangan dihimpit oleh semak belukar yang di sela-selanya menampilkan hamparan kota Magelang. Sungguh pemandangan alam yang indah. Di jalur ini pula kami mendapati beberapa rombongan lain yang akan naik. Kalau yang turun hampir tidak ada.

“Sepertinya di atas sepi deh, karena kita enggak ketemu pendaki yang turun. Ayo lanjut,” kata Sandi, senior yang juga ikut menemani ekspedisi ini.

Di tengah perjalanan, kami melewati sejumlah aliran sungai yang mengalir. Sungai ini bisa dimanfaatkan untuk membasuh muka dan mengisi persediaan air kembali. Menurut data, terdapat 9 anak sungai yang dilalui, tapi anehnya, jika dihitung saat pergi dan pulang jumlah sungai ini selalu selisih. Dan itu memang dialami mayoritas pendaki.

Akhirnya, tepat pukul 14.10 WIB, kami pun tiba di pos 3. Dengan kondisi tenaga yang tersisa namun tetap semangat. Seperti sebelumnya, pos 3 ditandai dengan sebuah tiang pipa yang bertuliskan ‘Camp 3’. Pemandangan masih berupa hutan yang sedikit terbuka, tidak jauh dari sana, ada aliran sungai yang terhubung dengan sungai di bawah tadi.

“Ayo gasss, bongkar Carrier (tas), pasang tenda, kita masak,” teriak Sandi, sembari duduk sambil menikmati suasana lautan awan didepannya.

Usai mendirikan tenda dan mengganti pakai, waktunya makan siang sembari menikmati suasana keindahan puncak gunung sumbing dari kejauhan. Dan beristirahat hingga malam pun tiba. Waktunya kita bobo manja, mempersiapkan tenaga untuk summit ke puncak sejati esok hari. (**)

 

Bersambung….

SendShare56
Next Post

DPRD PPU Minta Kenaikan Tarif Perumda AMDT Minta Dievaluasi! 

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Terlaris di Balikpapan, Kursus Mengemudi di KAKA Driving Dijamin Pasti Bisa

by admin
09/11/2021
0
4.5k

Maksud Hati Merubah Nasib, Johanis Tinungki Pulang Tinggal Nama

by admin
22/08/2023
0
2.2k

Keluarga Sehat bersama Eco Enzyme

by admin
07/01/2023
0
1.8k

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
Hubungi Kami: admin@lingkaranberita.com

© 2021 Lingkaran Berita -Media Informasi Terkini.

No Result
View All Result
  • HOME
    • IBU KOTA NEGARA
    • AUTOMATIVE
    • FOOD & TRAVEL
    • EDUCATION
    • EKONOMI
    • HEALTH
    • LIFE STYLE
    • KRIMINAL
    • OPINI & CERPEN
    • SPORT
    • ENTERTAINMENT
  • BORNEO UPDATE
    • KALTIM
      • SAMARINDA
      • BALIKPAPAN
      • PENAJAM
      • SANGATTA
      • BONTANG
      • PASER
  • VIRAL NEWS
  • NASIONAL

© 2021 Lingkaran Berita -Media Informasi Terkini.