LINGKARANBERITA.COM, BALIKPAPAN – Ruas Jalan Jendral Sudirman dari Plaza Balikpapan menuju Pelabuhan Semayang macet total. Penyebabnya ada mahasiswa dari PMII dan sopir truk menggelar aksi demonstrasi terkait kelangkaan solar di Depan Pemkot Balikpapan, Rabu (30/3/2022).
Uniknya, dalam demonstrasi ini mereka melakukan pawai dan iring-iringan truk yang mengular. Terpantau setidaknya ada 200-an unit kendaraan truk yang berjalan beriringan sepanjang jalan.
Dengan umbul-umbul PMII dan dan sejumlah spanduk yang melekat di sisi kanan dan kiri truk, yang bertuliskan keluhan mereka soal kesulitan mendapatkan solar. “Gara gara solar semua ambyar,” tulis seorang sopir truk menggunakan cat berwarna merah. “Berantas mafia solar,” tulisan lain di spanduk putih.
Ditemui saat demonstrasi para sopir mengalu capek dan antre sudah menunggu hingga delapan hari untuk mendapatkan solar. Menunggu dalam hal ini, tentu menguras waktu dan biaya yang tak sedikit.
Rata-rata sopir truk menghabiskan biaya konsumsi per hari hingga Rp 150 ribu. Jika mengantre selama delapan hari, sama artinya menghabiskan biaya Rp 1,2 juta.
“Kasian kita. Kalau tidak antre kita tidak bisa kerja. Serba salah,” kata Ryan.
Ia berharap, kuota solar subsidi dikembalikan sebanyak 32 ton sehingga tidak terjadi antrean sopir truk.
“Pada aksi kali ini, jumlah pengemudi truk yang berunjuk rasa lebih banyak dari sebelumnya. Sesuai janji kami, kali ini ada sekitar 250 sopr truk,” kata Ketua PKC PMII Kaltimtara, Zainuddin.
Menurutnya BBM sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hak hidup masyarakat dan menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya.
Namun, kata dia, belakangan ini BBM solar yang menjadi nadi transportasi angkutan barang dan jasa justru mengalami kelangkaan.
Kondisi sangat menyulitkan bagi para pengemudi truk. “Bagaimana mungkin pemulihan ekonomi dapat berjalan lancar apabila solar sebagai bahan bakar justru mengalami kekurangan,” katanya.
“Kekurangan solar sebetulnya tidak hanya sekali terjadi, tetapi seolah sudah menjadi fenomena tahunan,” lanjutnya.
Zainuddin mengaku kondisi yang terjadi di Kota Balikpapan sangat ironi. Sebab Balikpapan sebagai penyumbang kebutuhan bahan bakar nasional, tapi justru terjadi kelangkaan BBM.
Menurutnya sulitnya mendapatkan BBM jenis solar tidak lepas dari peran Pertamina dalam hal pendistribusian dan aparat penegak hukum untuk melakukan pengawasan dan penindakan.
“Adanya indikasi mafia solar yang bermain sudah seharusnya dapat diusut tuntas oleh aparat penegak hukum,” ungkapnya. (*lb-2)