LINGKARANBERITA.COM, MALANG – Universitas Islam Malang (Unisma) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
Kerja sama diperkuat pada arah dalam mencegah dan menanggulangi terorisme di tengah masyarakat. Penandatangan MoU dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Unisma, Selasa (14/12) lalu.
Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H mengatakan bahwa BNPT terus mengembangkan upaya dalam pencegahan penyebaran terorisme ke ruang lingkup masyarakat. Dan bersinergi dengan beberapa lembaga yang salah satunya Unisma. “Sinergi tersebut adalah kunci penting keberhasilan BNPT dalam menanggulangi terorisme di Indonesia,” katanya.
Ia mengungkapkan kerja sama BNPT dengan Unisma merupakan satu upaya yang baik dan tepat sasaran. “Kami bersyukur bisa bekerja sama dengan Unisma. Untuk selanjutnya BNT bisa mengembangkan sebuah konsep terkait pencegahan ideology terorisme,” ungkapnya.
Menurutnya, ideologi terorisme adalah suatu pemahaman yang berbasis kekerasan. Masyarakat yang menganggap bahwa terorisme adalah bagian dari agama itu sebuah kesalahan besar. Karena itu, masyarakat harus bekerjasama untuk mematahkan stigma tersebut. “Orang yang mengira bahwa terorisme itu adalah bagian dari agama harus ditekankan bahwa itu salah,” tegasnya.
Dalam mencegah terorisme akan dibangun sebuah konsep kawasan nasional terkait studi ketahanan pangan dan program anti radikalisme. Konsep tersebut berkaitan dengan kelanjutan program BNPT terkait deradikalisasi diluar pemasyarakatan.
Boy menuturkan, konsep tersebut akan direalisasikan di Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Wilayah tersebut akan dijadikan tempat edukasi, perekonomian, dan wisata berbasis program deradikalisasi serta pencegahan ideology terorisme.
“Kawasan nasional ini direncanakan untuk memberikan rasa aman kepada warga Negara Indonesia. Sebagaimana yang tercantum didalam UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,” tuturnya.
Rektor Unisma Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si mengatakan bahwa Unisma telah melakukan berbagai macam langkah dalam pencegahan terorisme di wilayah kampus. Salah satunya menyusun buku tentang radikalisme intoleran.
Rektor menyampaikan bahwasanya sebelum resmi menjadi warga Unisma, mahasiswa telah menandatangani pernyataan untuk mengikuti segala peraturan yang ada di Unisma. Termasuk dengan menjunjung tinggi nilai toleransi.
“Kami juga memberikan kajian berupa pendidikan akhlak yang islami sesuai dengan ajaran Rasulullah. Dan menjadikan Unisma sebagai kampus harmoni, mahasiswa harus mengembangkan amal baik, sikap profesional, dan sikap toleransi yang tidak pernah lepas dari pengajaran kami,” terang Prof Maskuri.
Unisma merupakan kampus Islam bernilai ahlussunnah wal jamaah. Didirikan oleh ulama dan kiai yang mendidik mahasiswa menjunjung tinggi persaudaraan. Mahasiswa kampus ini berasal dari bermacam suku, ras, dan agama. Sehingga, Unisma tidak hanya diperuntukkan kepada yang beragama Islam.
Prof Maskuri mengatakan Unisma rutin berdiskusi tentang pentingnya menjaga Bhineka Tunggal Ika. Menurutnya, Bhineka Tunggal Ika merupakan kekayaan besar Bangsa Indonesia yang harus tetap dilestarikan. “Dengan Bhineka Tunggal Ika akan menciptakan bangsa yang sejahtera dan aman untuk ditempati,” tandasnya. (mg1/imm/udi/gus)