LINGKARANBERITA.COM, MALANG – Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar International Conference of Language, literature, culture on education (Icon – LLCE). Kegiatan tersebut digelar Sabtu (27/11), secara virtual di Gedung Pusat Rektorat Unisma.
Konferensi internasional itu bertujuan untuk penguatan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional melalui optimalisasi bahasa, sastra dan budaya. Dalam kesempatan tersebut Direktur Pascasarjana Unisma, Prof. H. M. Mas’ud Said, M.M., Ph.D mengatakan, pendidikan bahasa Indonesia merupakan satu bagian dari perwujudan sumpah pemuda dan eksistensi bangsa. Keberagaman Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dan 300 bahasa daerah dirajut oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

“Oleh karena itu, konferensi sangat bagus sebagai alat diplomasi kebudayaan kebahasaan dan literatur dan juga meningkatkan bahasa indonesia sebagai bahasa yang masuk di ranah global,” katanya.
Prof Mas’ud mengungkapkan, forum tersebut sangat mendukung sistem akademik Unisma untuk menunjuk kampus kelas internasional. Dihadiri oleh beberapa guru besar dan 93 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri. “Ini bagian dari integral komitmen Unisma sebagai universitas yang mendorong pada kemajuan,” imbuhnya.
Ia memaparkan bahwa Bahasa Indonesia dipepet tiga hal. Pertama, bahasa prokem yang masih kuat digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa pasaran yang tidak mengikuti tata bahasa yang baik dan benar. Kedua, bahasa Inggris yang mulai digandrungi oleh generasi masa kini. Baik yang digunakan oleh sosial media, dan aplikasi-aplikasi lainnya.
Ketiga, dipepet oleh kesadaran warga negara Indonesia sendiri yang tidak rajin untuk meletakkan bahasa Indonesia pada proporsi yang unggul. “Oleh karena itu hal semacam ini (konferensi internasional) sangat penting,” terangnya.
Konferensi diisi oleh beberapa pembahasan. Antara lain pendidikan bahasa dan sastra, bahasa Indonesia untuk penutur asing dan kajian pembahasan murni bahasa. Itu semua dibahas dalam 93 pemakalah nasional dan internasional.
Pemaparan materi dari luar negeri antara lain dari negara Thailand, dan Uzbekistan. Selain itu turut presentasi 53 kampus di dalam negeri dan 38 makalah dari dosen dan mahasiswa FKIP Unisma. Ini sebagai output dari mata kuliah pembelajaran bahasa.
Dekan FKIP Unisma Dr. Hasan Busri, M.Pd menyampaikan konferensi internasional kali ini merupakan yang kedua. Sebagai terjemah dari pemikiran para pemerhati bahasa Indonesia di dunia. Karena selama ini mereka mendesak agar bahasa Indonesia segera diresmikan sebagai bahasa global. “Kami merespon itu dengan menggelar konferensi ini,” ujarnya.
Karena secara defacto, kata dia, Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata kuliah wajib di beberapa perguruan tinggi luar negeri. Ada 72 negara di dunia yang merumuskan bahasa Indonesia dalam kurikulum pembelajaran.
Termasuk beberapa negara di Eropa, seperti Jerman, Prancis, Belanda dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan sebagai penguatan bahasa Indonesia melalui diplomasi bahasa, sastra dan budaya. “Dari penelitian bahasa Indonesia sudah layak jadi bahasa internasional, hanya dari segi politik kita belum kuat. Karena itu butuh dilakukan beberapa diplomasi untuk menguatkan,” tandasnya. (uns/gus)